Sudah banyak artikel bertebaran tentang bagaimana memilih pasangan hidup. Namun ada satu insight berbeda yang ingin aku tulis. Sebagai perempuan yang belum pernah melakukan pernikahan, aku tetap ingin membahas topik ini. Pasalnya, mengungkapkan pendapat tentang suatu hal tidak harus menunggu expert dulu, kan? Jika kamu membaca argumenku ini merasa ragu karena aku masih single, it’s okay! (aku mah santuy ๐)
Bagiku, proses pencarian pasangan menuju pernikahan tidak
jauh berbeda dengan menemukan teman sejati atau sahabat. Berpasangan bisa
terjadi dalam banyak aspek. Dalam bekerja, belajar, berbisnis, dan lain
sebagainya. Dari situ lah aku sering belajar dan melakukan observasi mengenai
ini. Mempersiapkan diri untuk menjalani masa depanku bersama seseorang seumur
hidup. Dan ini lah beberapa hasil pengamatanku!
Pasangan Ideal
Berbicara mengenai pasangan ideal, setiap orang pasti punya
standar ideal bagi dirinya. Standar ini akan berbeda-beda. Ada yang
memprioritaskan fisik, agama, latar belakang keluarga, finansial, sifat, dan
lain-lain. Tidak ada patokan pasti tentang pasangan ideal. Jika kamu bertemu
dengan seseorang yang membuatmu ingin selalu bersamanya, maka bisa dipastikan
dia telah memenuhi syarat idealmu.
Aku jadi teringat pemikiranku saat usiaku masih belasan
tahun. Waktu ituu sempat memikirkan perihal pernikahan dan membuat kriteria
yang banyak sekali mengenai pasangan. Setelah melewati beberapa tahun yang
penuh dengan pengetahuan baru, kriteria tersebut banyak yang berubah. Bahkan
saat ini aku hanya punya dua kriteria yang paling kuprioritaskan.
Kamu mungkin juga mengalaminya. Dari tahun ke tahun, ada
saja aspek yang berubah tentang lelaki atau perempuan idaman yang ingin kamu
nikahi. Jadi tidak perlu insecure
jika kriteria pasangan yang kamu punya tidak seheboh kriteria orang lain.
Sama halnya dengan tontonan atau musik kesukaan, Setiap
orang punya hak untuk memilih kesukaannya. Tidak lantas kita menjadi tidak
keren hanya karena menyukai musik dangdut. Tidak pula menjadi hina hanya karena
menyukai K-drama. Begitu pun dengan memilih pasangan. Meng-ideal-kan seorang
komedian, mentalist, hafidz/hafidzah, atau kriteria lainnya bukan lah hal yang
bisa dibanding-bandingkan.
Communication is The Key
Dalam membina relasi dengan orang lain, komunikasi adalah
elemen sangat penting. Apalagi dalam hubungan pernikahan. Memilih pasangan
seharusnya lah mempertimbangkan aspek ini. Pastikan seseorang yang kita pilih
bisa diajak berdiskusi dalam banyak hal. Sebab, setiap keputusan yang akan
diambil dalam kehidupan rumah tangga pasti melalui proses komunikasi.
Semisal dalam memilih lokasi tempat tinggal, apakah akan
tinggal di apartemen, kos pasutri, atau membeli rumah dengan kredit, tidak
serta merta hanya diputuskan sepihak. Bahkan hal remeh seperti kapan akan kerja
bakti bersih-bersih hunian juga perlu didiskusikan. Jika tindakan semacam ini
saja tidak dapat dikomunikasikan dengan baik, maka tamatlah keharmonisan
keluarga.
Secerdas apapun pasanganmu bila tidak dapat membicarakan
banyak hal secara terbuka, kemungkinan besar sulit mempertahankan hubungan.
Akan selalu timbul kesalahpahaman yang berbuntut masalah-masalah tak
berkesudahan.
Oleh karena itu semenjak penjajakan alias PDKT menuju
pernikahan, berdiskusi sudah harus dibiasakan. Tidak harus membicarakan perkara
yang berat, yang ringan-ringan pun perlu dibahas. Bayangkan jika saja calon
suami/istrimu tidak terbuka untuk mengobrol banyak hal, bagaimana kalian akan
membina rumah tangga yang nyatanya really
complicated.
Observasi Masalah Sebelum Memilih Pasangan
Sebelum memutuskan untuk menjalani kehidupan rumah tangga dengan seseorang, observasi is a must. Observasi masalah adalah yang paling utama. Hah? Observasi masalah iki piye maksute?
Menurutku pribadi, sebaiknya mengetahui lebih banyak
kekurangan dan keburukan dari calon pasangan dari pada kebaikannya. Secara
singkat jika kebaikan dipadukan dengan keburukan, maka keburukan akan selalu
dominan lebih tampak meskipun hanya sedikit. Sebagaimana pribahasa, setitik nila merusak susu sebelanga.
Sebanyak apapun sisi baik pasanganmu, pastikan kamu bersedia
menerima kekurangannya. Sebab, memilih pasangan sama halnya dengan memilih
masalah yang akan kamu hadapi seumur hidup. Sepanjang sisa hidupmu akan dilalui
dengannya. Tentu akan ada sesuatu yang tidak kamu suka darinya. Dan itu adalah
sebuah masalah. Nah, pikirkanlah apakah kamu akan kuat menghadapinya
berkali-kali?
Itulah yang aku maksud memilih masalah yang akan dihadapi
seumur hidup. Semakin ringan masalahnya, maka akan semakin mudah kamu menjalani
hubungan pernikahan. Jangan berpikir bahwa pasanganmu bisa berubah setelah
menikah. Tidak mudah mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun mengakar
dalam diri. Jika pun itu terjadi, maka kamu sangatlah beruntung dan mendapat keajaiban.
Mungkin di masa-masa PDKT, baper-baperan, masa-masa bulan madu, kejelekan pasangan belum
sepenuhnya tampak. Lebih tepatnya masih tertutupi dengan rasa berbunga-bunga
karena sedang bucin di awal hubungan. Namun setelah mencapai satu tahun, dua
tahun, dan bertahun-tahun, kamu akan melihat lebih jelas sosok pasanganmu.
Jika ada masalah yang sering timbul karena ulah kebiasaan
buruk darinya, pasti diam-diam kamu akan mulai muak. Apalagi sesungguhnya sejak
awal kamu tidak bisa mentolerirnya namun dipaksakan. Baru sadar setelah
menjalani pernikahan. Bagaimana kamu menghadapinya? Tidak kah itu mengerikan?
Siap Mentolerir Kekurangan Terburuk
Dari bahasan sebelumnya, menyeleksi masalah untuk kamu hadapi sepanjang hayat adalah PR besar. Setelah kamu menemukan masalah tersebut, kemudian pertimbangkanlah dengan baik. Please be wise! Pertimbangannya tidak hanya karena kamu cinta dan sayang pada calon pasanganmu. Namun kamu telah benar-benar siap menerima dia sepenuhnya. Termasuk siap mentolerir kekurangan dan keburukannya.
Tingkat dan bentuk toleransi setiap orang tentu berbeda-beda.
Ada yang tidak dapat mentolerir kebohongan, kebodohan, kebiasaan jorok, sifat
tempramen, dan beraneka macam lainnya. Kalau aku sendiri paling tidak bisa
mentolerir lelaki yang tidak komunikatif dan tidak open minded. Sebagaimana yang kubahas di atas, communication is the key in the relationship.
Nah, kalau kamu, sifat dan sikap apa yang paling tidak bisa
ditolerir dari seseorang?
Semua yang aku tulis dalam artikel ini adalah pemikiran
pribadi. Jika menurutmu baik, silahkan diterapkan. Namun jika tidak sejalan
dengan prinsipmu, no problem.
Buat para single yang memutuskan untuk menikah, semoga
dilancarkan dalam memilih pasangan. Dan teruntuk kamu yang sudah menikah,
semoga pasanganmu saat ini dapat mengimbangi dan tidak membuatmu menyesal telah
memilihnya.
Indahnya seni berkeluarga, jom pada nikah gih... :)
ReplyDeleteAku setuju sekali dengan Mba Miela memilih pasangan yang komunikatif dan open minded ini sangat penting, selain kriteria utama seperti agama. Karena dalam rumah tangga akan banyak hal yang dikomunikasikan
ReplyDeleteCasinos - DrmCD
ReplyDeleteThe Best Online ์์ฐ ์ถ์ฅ์ต Casinos in ์ด์ฒ ์ถ์ฅ๋ง์ฌ์ง Washington 2020! ๋๊ตฌ๊ด์ญ ์ถ์ฅ์ต Find the Best ์์ ์ถ์ฅ์๋ง Online ์์ ๋ถ ์ถ์ฅ๋ง์ฌ์ง Casinos in Washington 2020 | DRMCD