Menjalin relasi antar sesama manusia saat ini semakin bervariasi caranya. Salah satunya dengan komunikasi chatting yang dirasa lebih efisien. Namun meskipun mempermudah interaksi usernya, media ini ternyata tidak selalu efektif untuk sebuah interaksi yang urgent.
Aku selaku penikmat teknologi yang juga memanfaatkan pesan
instan sering terheran-heran. Ada banyak hal yang terjadi di dunia
per-chatting-an. Berbagai emosi terjadi selama melakukan aktifitas berbalas pesan
via online ini. Dari segi ilmu komunikasi pun, aku sering melakukan pengamatan
dan survey. Hasilnya menarik dan menggelitik, Guys!
Oke, akan aku ulas beberapa hal terkait chatting pada
postingan kali ini. Jangan lupa siapin popcorn dan minuman dinginnya yaa! (berasa mau nonton di bioskop ajee 😂)
Chatting; Interaksi Online Kekinian
Komunikasi berbasis teks yang sangat cepat prosesnya ini
menjadi aktifitas hampir semua masyarakat. Bahkan setiap hari, interaksi dengan
media chatting telah menjadi rutinitas untuk saling terhubung satu sama lain.
Tidak hanya untuk kepentingan pribadi, namun juga untuk urusan lain. Mulai dari
pekerjaan, kebutuhan akademik, jual beli, dan sebagainya.
Proses penyampaian pesan dari komunikator (pembuat pesan)
kepada komunikan (penerima pesan) yang real
time membuat aplikasi ini populer. Distribusinya yang sangat luas
memunculkan gaya interaksi baru di antara penggunanya.
Media pesan instan yang paling terkenal di Indonesia adalah
WhatsApp. Tampak dari survey Kominfo, sekitar 171 juta jiwa pengguna internet,
83 persennya memilih WhatsApp untuk bertukar
pesan online. Angkanya sangat fantastik. Tidak heran jika chatting dengan
aplikasi ini sangat populer.
Dari banyaknya pengguna, berbagai fenomena pun terjadi di
antara mereka. Hal-hal yang biasanya tidak ada di pertemuan langsung menjadi
lumrah di dunia maya. Tidak jarang juga terjadi pertikaian sebab konteks
komunikasi yang semakin luas dan mudahnya informasi.
Kelebihan dan Kekurangan Media Chatting
Setiap teknologi yang hadir di kehidupan manusia pastinya
punya sisi kelebihan dan kekurangan. Aplikasi chatting pun demikian. Media
berkomunikasi secara virtual ini kian hari semakin memudahkan kebutuhan
manusia. Informasi yang awalnya harus membaca lewat koran atau lihat di TV,
kini bisa melalui chatting.
Arus informasi beredar cepat dan luas dalam sekali tekan.
Grup-grup yang ada di WhatsApp menjadi media andalan untuk menyebarluaskan
berita. Para pengguna juga menjadikannya sebagai alat untuk bertransaksi,
branding bisnisnya dan mendatangkancuan. Dalam hal pendidikan juga menjadi fleksibel karena antara guru dan
siswa atau dosen dan mahasiswa bisa terhubung meskipun di luar kampus.
Kelebihan ini tentu sangat mendukung pada pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat. Dari semua sektor bisa dirangkul melalui komunikasi
chatting. Bahkan bisa juga menjadi media menemukan pasangan idaman. Namun perlu diketahui bahwasanya kemudahan
tersebut juga punya resiko. Secepat apapun pesan kita bisa sampai ke orang
lain, aplikasi ini juga rentan menimbulkan miss komunikasi.
Pertemuan dan obrolan secara face to face tetap menjadi komunikasi yang paling utama dan belum
bisa tergantikan. Tidak jarang pula dari obrolan instan, tersebar berita-berita
hoaks. Kebenaran dan keakuratannya sering dipertanyakan. Bahkan konten tidak
senonoh dengan mudah tersebar. Oleh karena itu, tetap berhati-hati dengan
kecanggihan teknologi ini.
Dinamika dalam komunikasi Chatting
Sebagaimana sempat disinggung tadi, terjadi fenomena beragam
dalam per-chatting-an. Dinamika ini menjadi bumbu-bumbu interaksi yang
seringkali menimbulkan kesalahpahaman. Aku yakin kamu juga pernah mengalaminya.
Tapi mungkin kamu bingung untuk mengatasinya dengan bijak.
Nah, berikut ini hal-hal yang sering terjadi di dunia maya
melalui obrolan instan. Khususnya melalui aplikasi WhatsApp.
1. Privasi dan Etika
Pernah ga sih kamu merasa terganggu dengan
datangnya pesan dari nomer yang tidak dikenal? Tiba-tiba menghubungimu tanpa
tujuan jelas. Kalaupun jelas, tujuannya membuat dongkol. Setelah ditanya dapat
nomermu dari mana, si pengirim pesan tidak mau mengaku. Sebel ga sih?
Nah, inilah dinamika yang sering terjadi di
antara kita. Data kita menjadi lebih mudah didapatkan oleh orang asing. Meminta
dan memberi nomer WhatsApp orang lain tanpa izin menjadi kelumrahan baru.
Padahal contact person adalah hal yang privasi bukan?
Terlebih lagi jika ada teman atau kerabat
kita yang asal memberikan nomer pada seseorang tanpa mencari tahu tujuannya. Kalau
tentu akan sangat jengkel dan marah. Karena aku selalu meminta izin setiap kali
ada yang meminta nomer temanku.
Berbeda lagi konteksnya jika temanku itu
adalah seorang pengusaha. Nomernya juga digunakan untuk berbisnis. Jadi secara
otomatis dia pasti sudah siap nomernya disebar-sebarkan. Etika semacam ini
masih banyak yang kurang mengindahkan. Tentu mengerikan jika terjadi sesuatu
yang tidak baik hanya karena memberikan nomer tanpa izin.
2. Gaya Bahasa
Kebiasaan yang kedua adalah mengenai gaya
bahasa dalam chatting. Ada yang menarik dan sangat menggelitik. Aku sering
terheran-heran saat ada yang mengirimiku pesan dengan satu huruf saja. Dan yang
paling sering adalah huruf “P”. Maksudnya
apaaaaa pemirsah?
Semakin gemes jika yang pengirimnya adalah
orang yang tidak kukenal. Tanpa ada pengantar dan sebuah perkenalan. Tiba-tiba
muncul dengan huruf P. mbok pikir ini
Blackberry? Woy ngapain lu nge-ping- nge-ping kaga jelas?
Menurutku ini adalah ajakan berkomunikasi
yang tidak sopan. Apalagi ditujukan pada orang untuk konteks yang formal. Bayangkan
saja ada mahasiswa yang melakukannya kepada dosen. Hmmmmm minta nilai D nih anak. Kalau ada nilai sampai P, paling ya
dikasinya P, bukan D. wkwkwk
3. Notifikasi
Lalu perihal notifikasi juga menjadi
sesuatu yang rumit dalam per-chatting-an. Buat kamu para pengguna WhatsApp
pasti tahu ada fitur-fitur yang menunjukkan aktifitas seseorang. Semisal
centang biru, waktu terakhir online, siapa saja yang lihat story WA kita, dan
lain sebagainya.
Setiap kali kuperhatikan kejadian-kejadian
yang berhubungan dengan fitur tersebut, sungguh aku selalu geleng-geleng
kepala. Ternyata fungsi dari perangkat chatting yang awalnya bertujuan
memudahkan, malah bisa menimbulkan kerumitan.
Salah satu yang paling membuat rumit adalah
saat kita kirim pesan ke seseorang. Beberapa detik kemudian terlihat centang
biru. Namun berjam-jam belum juga ada balasan. Ditambah lagi si penerima pesan
ketahuan memposting story baru. Ugggggh, dongkol ga? Hahahahaha.
Sesungguhnya kita tetap harus berbaik
sangka, guys. Siapa tahu dia sedang sibuk banget waktu itu untuk membalasnya.
Dan akan menyita waktunya jika merespon sebuah pesan di luar pekerjaan. Atau
bisa jadi dia memang tidak mau menanggapi pesan kita karena hal itu membuatnya
tidak nyaman.
Saranku, sebaiknya non-aktifkan saja fitur
centang biru kamu. Sebagaimana yang telah kulakukan sejak awal tahun 2020. Aku
merasa lebih tenang dan bebas dari mata-mata orang lain 😆 Tidak penting bagiku
centang biru itu untuk mengetahui dibaca atau tidaknya pesan. Jika orang yang
kukirimi pesan menganggap penting dan menghargaiku, maka dia pasti meresponnya.
Bijaklah dalam berinteraksi dan memanfaatkan teknologi ini.
Apapun interaksi kita, tetap dilandaskan dengan etika dan kewarasan. No baper baper club :D Nah, itulah berbagai hal yang berkaitan dengan komunikasi
chatting. Semoga mencerahkan pikiranmu yang sedang suntuk!
koq sama aku juga mau bahas tentang online juga. lebih tepatnya sih teman online.
ReplyDeletejadi tambah bacaanku dong
thanks kak
lebih keren tulisannnya daripada punyaku hehe
paling ga suka juga dengan orang yang suka ngirimm 'P' saat awal chattingan, tak bisakah langsung mengucap salam apa ya.
ReplyDeleteSepertinya masih banyak yang memang belum paham etika dalam berkomunikasi via chat kali ya
Sejujurnya nomorku juga dipakai buat jualan jadi kadang mau gak mau terima chat orang asing. Cuma kadang tuh yang mau beli suka gak liat jam. Chat malem banget lah bahkan pernah cuma P aja. Tapi ya udahlah ya masa aku ngomel-ngomel, nanti rezekinya kabur wkk
ReplyDeleteSama pernah dichat nawarin promo tapi malem banget jam tidur. Aku tegur langsung lah karena itu emang dari pegawai toko gitu. Aku bilang kalau mau nawarin sesuatu di jam kerja. Jangan malem-malem pas orang lagi mau istirahat. :D
Kayaknya resiko gabung di banyak grup, jadi sering dapet penawaran produk sama jasa, deh. Nomer kita jadi banyak orang tahu. Biar kapok, orang yang nawar²in itu saya bales pake link artikel blog aja :)
ReplyDeletePR ku banget nih soal notifikasi. WA ku notifnya diatas 600, campur aduk dari grup, jualan online, dan chat pribadi dengan keluarga. Sedang keluar dari banyak grup, dan membagi arus ke 2 nomer wa berbbeda tapinsama aja. Suka pusing sendiri klo liat notif wa
ReplyDeleteAku suka off-in notif biar gak pusing dengar pesan masuk. Untungnya notif dari Instagram gak terlalu bersuara, atau suka telat muncul notifnya hehee
ReplyDeleteAku paling sebel kalau ngechat gak langsung ke hal yang dituju hihi.
Sampai sekarang aku nggak ngerti maksud p saat mengawali chat. Aslik. p itu dulu setahuku emoticon melet kan ya.. terus apa maksud dia mengawali chat melet2. Sungguh ku tak paham. Dan akhirnya ketemu juga ada orang yang begini. Nggak kugubris lah.
ReplyDeleteTerus aku juga ga suka chat basa-basi. Misal, nomor baru belum dikenal cuma chat Assalammualaikum. Terus nggak ada chat lanjutan. Maksudnya apa?
Kalau memang ada perlu, kenalkan diri dengan baik.. sampaikan maksudnya apa. Nggak salam doang, terus ngilang. Ya maaf kalau kuanggap nggak penting wkwk.
Satu lagi mba Miela, sejak ada grup chatting urusan kerjaan jadi ga kenal waktu. Kadang ngirim pengumuman pas malam atau subuh-subuh. Entah karena saking semangatnya atau lupa kalau kita juga punya kehidupan pribadi selain kerjaan
ReplyDeleteIya sih, wa ini menjadi media yg memiliki pengaruh yg besar.
ReplyDeleteBtw semenjak aku ketemu sama grup kepenulisan, disana aku bisa bedain mana cht yg sopan dan nggak, mksudnya sopan tuh, tau tatakrama dsb gtu. Biasanya anak literasi suka baik2