Setelah
sekian lama blog ini tidak terjamah, tiba-tiba aku harus menampakkan diri
dengan tema yang mengejutkan. Hahaaaa. Sejenak aku ingin menertawai diri
sendiri terlebih dahulu sembari menuliskan semua ini hingga tuntas. Boleh to? 😁
Tema
tantangan menulis 10 hari Kampus Fiksi yang aku ikuti ini di hari pertama
bertemakan LELAKI IDAMAN!
So, bagaimana lelaki idaman
versiku?
Aku
tidak punya banyak pengalaman dalam hal percintaan, asmara atau apalah itu
sebutannya. Apalagi mengoleksi sederetan gebetan dengan tipe yang beranekaragam,
sama sekali tidak jago. Tapi bukan bererti tak suka lelaki yooo. Ada lah pasti
laki-laki yang membuatku lebih jaim dari
biasanya, menahanku di depan cermin lebih lama, dan pastinya menambah jadwal
keseharianku yang padat. Stalkingin
dia tanpa sadar. Hah! Aktifitas yang saama sekali ga produktif tapi bikin ketagiahan. Iya kah?
Dari
sekian orang yang aku kenal dan dekat denganku, mereka seringkali menanyakan
hal yang sama nan serupa. Kata mereka, aku tipe orang yang susah ditebak
kriterianya (berasa seperti manusia
misterius saja). Nah, dari pada buat
kalian; teman-temanku penasaran, aku kasi tau saja sekarang. Wkwkwk
Aku
memandang sosok lelaki lebih pada bagaimana ia menanggapi permasalahan yang ia
hadapi serta bagaimana ia memperlakukan ibu dan adik perempuannya (kalau dia punya sih 😆). Persoalaan
fisik belakangan lah. Tapi ga munafik kok kalo aku suka juga natap lama-lama
lelaki kinclong tampan nan gagah. Mungkin ini bisa dimasukkan dalam kategori
idamanku yang pertama; Lelaki santun
yang memperlakukan ibunya dengan sebaik-baik penghormatan. Aku yakin dan percaya, ketika seorang
laki-laki menyisihkan sebagian waktu luangnya untuk merawat dan meringankan
beban ibunya, Ia akan memperlakukan perempuannya
dengan baik pula. Duh kok jadi baper nih nulisnya 😢
Oke,
lanjut pada kategori kedua. Lelaki yang seringkali membuatku terpesona dan
gemas itu ketika dia adalah bagian dari makhluk yang tidak banyak bicara tapi bisa juga bertingkah
humoris. Punya selera humor yang unik dan dengannya aku bisa mengekspresikan
‘kegilaanku’. Hal remeh temeh yang
menurut orang lain biasa saja, namun kami bisa merasakannya dengan imajinasi
yang berbeda. Yaa, aku suka imajinasi dan tentunya lelaki yang bisa
berimajinasi.
Kemudian,
lelaki idaman versiku saat ini (ada kemungkinan berubah yaa beberapa waktu
kemudian :D) adalah dia yang menyukai puisi, seperti aku yang kini semakin
mencintai puisi. Hanya suka dan menikmati puisi. Bukan penyair yang melahirkan
puisi-puisi. Setidaknya, dia akan menjadi pendengar pertama pembacaan puisiku
di pertengahan malam yang senyap nan bergelayut manja yang enggan beranjak dari
kebersamaan yang sempurna. Eaaaaaaaaak 😝
Dari
beberapa kategori di atas yang sudah kusebut, semua tentu tidak akan lepas dari
mencari rasa nyaman dan aman. Ketika aku bertemu sosok yang memiliki
kategori-kategori itu tapi kurang ada rasa nyaman dan aman di antara kami, I think, I can’t choose him. Hal
tersebut mengingatkanku pada satu pernyataan yang entah aku baca atau pun
kudengar di mana. Namun kalimat tersebut sangat melekat dalam pikiran.
“Setinggi
apapun standar kamu tentang kekasih idaman, akan kalah ketika kamu mencintai
seseorang tanpa alasan.”
Quotenya bener banget itu, mbak. Setuju saya hehe. Semua bisa dikesampingkan kalau udah jatuh cinta dengan seseorang.
ReplyDeleteSalam kenal mbak, ayo mampir ke saya juga. #lhapromo :))
Karena cinta memang membutakan. hahahaa
DeleteOke nanti saya mlipir, Mbak :D