Tentang
Separuh Autisku
Terkadang memang sulit mengungkapkan yang seharusnya diungkap.
Perjalanan hidupku mungkin cukup rumit. Sepertinya lebih tepat tanpa mungkin. Aku
tergolong manusia introvert dan merasa menjadi perempuan separuh autis saat
dihadapkan dengan lingkungan baru, kondisi baru, dan terutama orang-orang baru.
Jangankan orang-orang baru, bersama
orang yang pernah kukenal atau bahkan kerabat, tapi jarang ada komunikasi di
antara kami, bisa dipastikan aku akan lebih memilih mematung saja. Tak
tergambar dalam benakku apa yang akan menjadi alur percakapan di antara kami.
Blank….
Bukan tak ada
keinginan untuk menjadi sosok yang lincah, confidance, dan ekstrovert.
Seringkali aku mencoba lebih mencairkan diri, tapi lagi-lagi, huff… aku gagal. Aku
selalu gagal untuk mengawali percakapan terlebih dahulu. Aku selalu gagal untuk
memperkenalkan diri terlebih dahulu. Dan seringkali aku gagal menyusun kalimat
pembicaraanku dengan baik. Apokerepoh kata orang Madura.
Namun aku
bersyukur karena meskipun begini aku adanya, ternyata Allah masih memberiku
kesempatan untuk memiliki banyak teman dan menjadi teman yang baik untuk
mereka. Aku juga sempat heran pada diriku sendiri. Aku yang tertutup, kadang
cuek, dan agak pemalu, cukup banyak juga yang berminat untuk berteman denganku.
Apa mungkin aku memiliki aura positif dan menarik yaa (he…narsis dikit gak
papa, kan…). Yang perlu digarisbawahi dalam jalinan komunikasiku dengan
sahabat, kerabat dan orang-orang terdekat, rata-rata karena merekalah yang
memulai sinyal baik di antara kami.
Terimakasih kepada
semua orang-orang terbaik dan terhebat dalam hidupku. Di hadapan kalianlah aku
bisa mengekspresikan apa yang tidak pernah aku lakukan di hadapan orang lain.
Mungkin di antara kalian belum tahu bahwa sejatinya aku sedikit memiliki
gangguan dalam interaksi. Tapi tenang saja, untuk orang-orang yang sudah sering
bertegur sapa, ngobrol, dan berinteraksi denganku, aku bisa berubah
seratus delapan puluh derajat. Right? Peace…
Dan untuk
orang-orang yang seringkali kucuekin, kubiarkan dalam diam, dan jarang kusapa
duluan meski sempat kenal, aku akan tetap berusaha untuk berubah.
Bermetamorfosis menjadi pribadi yang ramah, welcome, take care,
dan teman ngobrol yang gak monoton. Sungguh, sebenarnya kondisi ini
menyiksaku. Dan tentunya tak pernah kuharapkan.
Salam Cinta!
Kediaman,
17 Agustus 2013 (00:22)
*Percayalah, ini tak pernah kuharapkan.
Untuk siapa saja yang membaca catatanku ini, bantu aku untuk
menghadapi kondisiku ini. Thank’s J
Post a Comment
Post a Comment