Kualitas tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orangtua dan didikan guru. Dalam hal mengontrol kemauan serta menahan emosi, anak harus dilatih dengan cara yang sentimental. Ada sebuah istilah Delay Gratification yang berkaitan dengan latihan menahan kemauan dan kepuasan. Konsep ini berkonsentrasi pada bagaimana manusia menunda kesenangan saat ini agar mendapat kesenangan yang lebih besar suatu saat nanti. Terlebih bisa meraih cita-cita dan menikmati kebahagiaan di masa tua versi kita sendiri.
Mengenal Delay Gratification
Seorang pakar psikologi Walter Mischel menyatakan bahwa ia
dan beserta rekan risetnya mendapatkan kesimpulan menarik dari Delay
Gratification. Para remaja yang sering menunda kepuasan di masa prasekolah
ternyata mampu menunjukkan potensi akademik dan kemampuan bersosial yang lebih
baik 10 tahun kemudian. Selain itu, mereka juga mampu menahan diri dari godaan
dan tidak mudah frustasi.
Sebagaimana banyak dijelaskan juga dalam berbagai blog pendidikan, istilah Delay Gratification muncul setelah Mischel melakukan
penelitian panjang yang berkaitan tentang kemampuan menunda kepuasan. Riset ini
dia lakukan pertama kali pada tahun 1970 dengan sebuah uji coba pada anak-anak
berusia 4-5 tahun. Mereka disatukan dalam suatu ruangan yang sangat tertutup.
Anak-anak tersebut ditawari marsmallow yang diletakkan di
hadapan masing-masing. Mischel membolehkan mereka untuk memakannya setelah ia
keluar ruangan. Namun jika mereka tidak memakan marsmellow hingga Mischel
kembali, maka akan hadiah yang akan didapatkan.
Psikolog itu pun keluar ruangan selama kurang lebih 15
menit. Setelah kembali, ternyata banyak anak-anak yang memilih untuk
menghabiskan mekanan di hadapan mereka. Hanya beberapa anak yang menahan diri
demi mendapatkan hadiah dari Mischel. Anak yang menunggu Mischel datang lagi ke
ruangan disebut olehnya memiliki kekuatan Delay Gratification yang tinggi.
Mereka berhasil menunda kepuasan saat ini untuk mendapat sesuatu yang lebih
berharga suatu saat nanti. Eksperimen ini diberi nama dan terkenal dengan
sebutan The Marsmellow Test.
Dampak Positif Delay Gratification Pada Anak
Pengendalian diri untuk melakukan atau menahan keinginan
untuk memuaskan diri bukanlah bawaan sejak lahir. Karakter ini bisa terbentuk
terjadi dalam proses tumbuh kembang anak. Jika berhasil ditanamkan sejak dini,
skill menunda kepuasan bisa bertahan hingga seumur hidupnya. Melekat kuat dan
memberi pengaruh yang besar pada setiap tahap yang dilalui anak.
Berikut ini adalah 7 dampak positif yang akan dialami oleh
anak jika melakukan Delay Gratification:
1. Visioner atau Berorientasi Pada Masa Depan
Sebagaimana diilustrasikan dalam eksperimen
Mischel, menahan diri untuk kepuasan saat ini dapat memetakan pikiran yang jauh
di masa depan. Tidak makan marsmellow sekarang, anak justru tetap mendapat
makanan tersebut plus hadiah setelah bersabar.
Anak yang sering melakukan Delay
Gratification akan cenderung menjadi visioner. Mereka lebih memprioritaskan
kepuasan yang lebih besar meskipun harus menunggu lebih lama.
Pencapaian yang diraih pun akan berbeda
antara proses yang instan dan proses yang panjang. Kualitas beserta kuantitas
hasil yang didapatkan akan jauh lebih memuaskan. Menunggu lebih lama demi masa
depan yang terjamin.
2. Bertanggung Jawab Pada Setiap Keputusan
Konsep kontrol diri ini ternyata membentuk diri anak menjadi bijaksana dalam membuat keputusan. Ia meyakini bahwa setiap yang dilakukannya akan selalu menjadi penentu nasibnya di masa mendatang. Keputusan untuk melaksanakan sesuatu saat ini atau menundanya dilakoni dengan penuh tanggung jawab. Terlebih ketika dia diberi amanah.
3. Memiliki Motivasi Tinggi
Dampak ini yang akan sangat menguntungkan
bagi anak. Pasalnya, motivasi selalu dibutuhkan manusia untuk mencapai goals
dengan semangat. Motivasi yang tinggi dapat dimiliki apabila sering melatih
menunda kepuasan. Terlebih kepuasan tersebut sifatnya tidak berdampak jangka
panjang.
Semisal ketika harus mengerjakan bank soal yang diberikan oleh guru. Ia tidak sekadar menjawab soal-saol tersebut. Namun ia juga mempelajarinya secara mendalam. Tanpa harus didukung penuh oleh orang-orang
di sekitarnya, anak dengan sendirinya menjadi mandiri. Berusaha sepenuh hati
dengan motivasi dirinya yang menggebu-gebu. Tidak kah hal tersebut sebuah
anugerah yang luar biasa?
4. Berhati-Hati dalam Membuat Rencana
Seremeh apapun kegiatan yang hendak
dilakukan anak, rencana tidak asal dibuat. Sanat berhati-hati memang tidak baik
jika berlebihan. Namun pada konteks ini, anak yang terbiasa menunda kepuasan
selalu berorientasi pada masa depan. Ya, sebagaimana disebut dalam poin
pertama.
Tidak jarang masalah besar terjadi
dikarenakan abai hal yang dianggap sepele, perencanaan yang abal-abal, dan
terburu-buru tanpa menyortir ulang keputusan yang telah dibuat. Tidak harus
sempurna, terpenting apa yang kita lakukan dilakukan secara optimal meskipun kemungkinan
berhasil sangat kecil.
5. Cerdas dalam Mengontrol Terpaan Stimulus
Dampak positif berikutnya adalah mengasah
kecerdasan berpikir anak dalam mengontrol diri. Terutama ketika dihadapkan
dengan stimulus atau rangsangan yang negatif. Berkenaan dengan ini, Walter
Mischel melanjutkan uji cobanya dengan terus mengamati subjek risetnya.
Dari penelitian tersebut, didapatkan hasil
bahwa anak yang sering melakukan Delay Gratification punya tingkat pertahanan
yang lebih tinggi saat dewasa. Mereka berhasil berjuang melawan godaan alkohol
dan narkoba.
6. Dewasa dalam Berpikir dan Bertindak
Seiring bertambahnya usia, pola pikir anak
tidak selalu menjadi dewasa sesuai umurnya. Dengan melatih penundaan kepuasan
pada anak sejak kecil, mereka dituntun untuk lebih berhati-hati dan bijak dalam
mengambil keputusan. Hal ini sangat berkaitan erat dengan dampak-dampak positif
yang sudah dijelaskan sebelumnya.
7. Cerdas Bersosial
Untuk bisa diterima dengan baik di
masyarakat, skill bersosial harus dimiliki anak. Seiring tumbuh kembangnya,
anak pasti harus dilepas untuk mandiri bermasyarakat. Jika Anda selaku orangtua
mengkhawatirkan hal tersebut, maka sepatutnya lah menerapkan Delay
Gratification pada anak. Selain untuk mendidik mereka agar tidak ceroboh dan
boros, anak lebih mudah menjalin relasi dengan orang-orang di sekitarnya.
Orangtua maupun guru tidak serta merta menjejali anak untuk
melakukan Delay Gratification. Menunda kepuasan adalah skill yang perlu dilatih
dan didukung dengan beberapa faktor agar berperan optimal. Adapun faktor yang
mempengaruhi proses penundaan kepuasan adalah kematangan usia dan pola pikir,
level stress yang dialami anak, serta pola pengasuhan orangtua yang berimbang
antara nasehat dan aksi nyata.
Delay Gratification merupakan sebuah opsi yang tidak harus
selalu dilakukan. Setiap individu bebas memilih untuk menerapkannya atau tidak.
Pertimbangkan ketika kita memiliki sesuatu yang diinginkan saat ini juga atau
memutuskan untuk menahan agar dapat hal yang lebih besar dan lebih baik. Hal
mana yang lebih dibutuhkan? Pemikiran seperti ini juga perlu disampaikan kepada
anak saat hendak mengajarkan konsep Delay Gratification padanya.
Orang-orang yang lulus test delay gratification pastinya termasuk orang-orang yang sabar sekali dalam menghadapi sesuatu, and it's so hard but possible
ReplyDeleteaku baca ini bayanginnya ka miela wkwk, sepertinya cocok. tapi aku susah nih mau gini. habis baca ini jadi takut, masa depanku gimana wkwk, jadi aku harus belajar lagi nih tntang delay ini
ReplyDeleteSeru kalau pakai ini ke anak2, keliatan mana yang bisa sabar, mana yang maunya instan. Jadi aware mana yang perlu diarahkan mana yang bisa cukup mandiri
ReplyDeletekayaknya waktu kecil aku sering delay gratification karena keadaan, ternyata bagus juga ya untuk perkembangan diri
ReplyDeleteKebetulan banget baru aja ikut webinar tentang Marshmallow test itu. Ternyata pengaruhnya juga the Executive Function Skill dan salah satu penyebabnya adalah helicopter parenting
ReplyDeletekeren banget mbaaak pembahasannya, kaya mengajarkan sabar ke anak untuk dapat sesuatu yang lebih besar
ReplyDeleteMba miela ternyata bagus banget informasinya. Aku sering liat video-video tentang ini, ternyata namanya dealy gratification. Manfaatnya bagus banget buat anak di masa depannya.
ReplyDeleteBaru tau istilah ini, taunya cuma menunda kesenangan. Penting banget ternyata mengajarkan anak tidak semua keinginan itu bisa langsung dipenuhi
ReplyDeleteKayaknya aku kecil gini deh mbak hahahaha karena keadaan sih faktor utama, kepepet tapi akhirnya terbiasa
ReplyDeletesoal sd
ReplyDeletesoal mi
soal smp
soal mts
soal sma
soal ma
soal smk
soal umum
download soal