JurnalTepungTerigu

Rutinitas Menjadi Remote Worker

1 comment
cara kerja remote working

Aku pernah bilang pada diri sendiri mau bekerja yang tidak setiap hari harus ke kantor. Saat itu istilah remote worker belum aku ketahui. Aku hanya berandai-andai tanpa harapan yang terlalu kuat. Namun tidak disangka, hal-hal yang kuucapkan spontan tersebut justru menjadi jalan hidupku saat ini. Aku hanya bisa terus takjub karena dahulu kukira akan sangat mustahil mewujudkannya.

Keinginan tersebut spontan terlintas dalam pikiranku dan membuatku tertarik. Aku membayangkan bisa pergi berlibur tanpa harus repot izin ke atasan. Dapat melakukan quality time dengan keluarga dan teman dekat tanpa perlu repot mengatur jadwal cuti. (Menarik, kan? Menarik dong!)

Kini aku benar-benar mendapatkannya setelah satu tahun mengalami kegalauan maha dahsyat. Periode Quarter-Life Crisis yang melanda mengantarkanku pada karir content writer yang bekerja secara remote working.

Apa itu Remote Worker?

Secara bahasa remote worker berasal dari bahasa Inggris. Remote artinya dikontrol dari jauh, worker bermakna pekerja. Singkatnya, remote worker adalah pekerja jarak jauh. Sistem bekerjanya tidak dengan bertemu secara langsung dengan atasan maupun sesama rekan kerjanya. Melainkan mereka bekerja dengan arahan secara online.

Jenis teamwork ini melingkupi banyak sekali bidang karir utamanya yang tidak mengharuskan bertemu dengan manusia. Salah satunya yang akan paling ditemukan bekerja secara remote working adalah content writer. Selain bidang ini, ada pula programmer, grafis desaigner, translator, video editor, dan lain sebagainya.

Sebagai orang yang punya pengalaman, aku akan mengenalkanmu lebih dalam mengenai ini. Meskipun baru sekitar setahun menjalaninya, aku pikir sudah cukup untuk berbagi denganmu. Berdasarkan kegelisahan pribadi aku sangat ingin menulisnya. Hal itu karena iIstilah remote working masih belum menjamur di masyarakat, utamanya para awam. Pada umumnya, karyawan itu ya pasti kerjanya di kantor atau sebuah tempat resmi dari pihak yang memberinya bayaran.

Jika melihat ada orang yang tidak setiap hari keluar rumah namun tetap berpenghasilan, sangat mungkin dipertanyakan. Padahal saat ini banyak hal yang bisa dilakukan meskipun hanya dari dalam kamar. Tanpa perlu berpenampilan rapi dan mengeluarkan budget transportasi, cuan berdatangan.

Saat kamu masih bingung memahaminya, bisa kamu perhatikan bagaimana para karyawan melakukan Work From Home (WFH). Meskipun sudah diterapkan New Normal Life, namun pandemi masih belum usai. Sebagian perusahaan atau lembaga masih mengharuskan pekerjanya melakukan tugas di rumah. Mulai dari briefing, rapat rutin, hingga evaluasi dilakukan secara daring. Nah, itulah yang dilakukan oleh para remote worker.

Bedanya, para remote worker ini tidak bergantung pada situasi. Dalam keadaan pandemi maupun keadaan normal, mereka tetap bekarja dari jarak jauh. Tidak harus ke kantor setiap hari, bahkan ada yang bekerja untuk perorangan yang tidak memiliki perusahaan. Sedangkan sistem WFH mulai diberlakukan sementara waktu dikarenakan adanya wabah virus Corona. Ketika pandemi ini selesai, maka para karyawan yang WFH akan kembali bekerja seperti sedia kala.

Berkenaan dengan tempat untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya, remote worker bebas menentukan sendiri. Bisa bekerja di rumah, taman, perpustakaan, working space, atau di kedai-kedai kopi yang nyaman untuk pekerjaannya. Mau melakukannya pagi hari, siang hari, maupun tengah malam, ya terserah mereka. Sak karepmu! Begitu kata orang Jawa 😂

Serba-Serbi Kehidupan Remote Worker

Bekerja dari mana saja

Tampak dari ilustrasi yang aku buat, sistem kerja remote working sungguh penuh tantangan. Di satu sisi sangat fleksibel dalam hal jadwal bekerja, namun di sisi yang lain banyak sekali godaan. Bagi manusia macam aku yang mudah terdistraksi, sangat dibutuhkan fokus tingkat tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan.

Berdasarkan pengalaman pribadi, aku sering tergoda untuk rebahan. Dikarenakan tidak ada yang mengontrol dan mengintai secara ketat, aku jadi mudah untuk scrolling medsos atau nonton film. Apalagi sedang tayang serial drama korea favorit, artikel jadi tertunda. Alhasil, nulisnya tengah malam sambil menahan kantuk yang menyerang.

Untuk mengatasinya, aku menyelesaikan project-project tulisan di luar rumah. Sebenarnya aku ingin punya ruang khusus untuk kerja, namun belum ada budget yang mumpuni. Jadi, mencari working space yang nyaman adalah solusi yang tepat untuk saat ini. Tentu tempatnya juga harus punya akses wifi yang kencang dan tidak menghabiskan banyak pengeluaran.

Alhamdulillah setelah menemukan lokasi yang sesuai budget, aku dapat menyelesaikan artikel tepat waktu. Sebelum pandemi, aku biasanya juga sering pergi ke perpustakaan kota. Tapi dikarenakan jarak tempuhnya yang jauh dari tempat tinggal, aku tidak lagi ke sana. Masih was-was untuk naik ojek online. Jadi, lebih baik memilih tempat yang dapat dijangkau dengan jalan kaki.

Cara ini efektif banget untuk kamu para remote worker pemula. Apalagi bidang pekerjaanmu adalah cotent writing. Mood dan suasana di sekitar sangat berpengaruh pada kualitas pekerjaan. Upayakan menyetting tata letak kamar yang cozy untuk menulis jika kamu tidak suka keluar rumah setiap hari.

Faktor lain yang membuatku senang menjalani remote working adalah tidak perlu pusing pilih kostum. Kalau kerja kantoran atau pakai sistem on-site, setidaknya ada budget untuk beli baju baru. Ya, gimana ya, masa sih ke tempat kerja pakainya itu-itu aja? Performance menjadi salah satu hal yang wajib diperhatikan.

Kalau kerjanya di rumah, di kamar, di kafe, di perpustakaan, atau di taman-taman, loss ajaaa! Pakai piyama pun ga papa. Wkwkwkwk. Penampilan yang rada rapi paling saat ke kafe. Itu pun kalau bareng teman. Kalau sendirian, sejujurnya aku ngasal aja pilih outfit 😁 

Paling galau ketika sering terjadi pemadaman listrik dan susahnya mengakses sinyal internet. Sungguh listrik adalah kebutuhan primer para pekerja jarak jauh macam aku. Ditambah lagi kondisi laptop yang sudah tidak bisa nyala tanpa di-charge. Oh, geram sekali dan bisa-bisa jadwal kacau gara-gara tidak ada listrik. Dalam mengatasi problem ini, biasanya aku selalu siap siaga dengan handphoneku. Menginstall aplikasi yang dibutuhkan untuk keperluan project. Jadi, saat padam, nulisnya bisa pakai hp.

Starterpack Remote Worker

Jika sedang malas buat artikel di hp, aku manfaatkan untuk baca buku. Menambah wawasan adalah hal wajib bagi content writer agar tidak buntu saat membahas suatu topik. Lebih diutamakan membaca buku atau artikel yang berkaitan dengan tema project yang sedang dikerjakan.

Memutuskan untuk bekerja secara daring butuh komitmen yang kuat. Siap menghadapi berbagai macam gangguan dan godaan. Terlebih saat ada teman yang ngajak jalan-jalan, ah menggelitik sekali untuk menunda pekerjaan. Biasanya kalau tidak kuasa menolaknya, aku selalu bawa starter pack yang mendukung pekerjaan. Aku selalu bawa ke mana pun laptop, buku catatan, kacamata, headset, dan colokan mini. Ahahaha. I can work everywhere!

Itulah beberapa rutinitas yang kulakukan sebagai content writer yang bekerja secara remote worker. Jika kamu berminat melakukannya juga, bisa tanya lebih lanjut via email atau di kolom komentar ya!
Miela Baisuni
Jatuh cinta pada buku sejak sekolah menengah, menulis adalah kecintaan mulai usia yang kalau ditanya jujur terus jawabannya. Sekarang milih voice over dan travelling sebagai pelengkap hobi sebelumnya. Nice to see you!

Related Posts

1 comment

  1. Semoga coach memaklumi dan tetap berada di kelas hingga akhir. Aamiin

    ReplyDelete

Post a Comment