JurnalTepungTerigu

Komunikasi Chatting yang Penuh Dinamika

9 comments

manfaat Komunikasi chatting

Menjalin relasi antar sesama manusia saat ini semakin bervariasi caranya. Salah satunya dengan komunikasi chatting yang dirasa lebih efisien. Namun meskipun mempermudah interaksi usernya, media ini ternyata tidak selalu efektif untuk sebuah interaksi yang urgent.

Aku selaku penikmat teknologi yang juga memanfaatkan pesan instan sering terheran-heran. Ada banyak hal yang terjadi di dunia per-chatting-an. Berbagai emosi terjadi selama melakukan aktifitas berbalas pesan via online ini. Dari segi ilmu komunikasi pun, aku sering melakukan pengamatan dan survey. Hasilnya menarik dan menggelitik, Guys!

Oke, akan aku ulas beberapa hal terkait chatting pada postingan kali ini. Jangan lupa siapin popcorn dan minuman dinginnya yaa! (berasa mau nonton di bioskop ajee 😂)

Chatting; Interaksi Online Kekinian

Komunikasi berbasis teks yang sangat cepat prosesnya ini menjadi aktifitas hampir semua masyarakat. Bahkan setiap hari, interaksi dengan media chatting telah menjadi rutinitas untuk saling terhubung satu sama lain. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi, namun juga untuk urusan lain. Mulai dari pekerjaan, kebutuhan akademik, jual beli, dan sebagainya.

Proses penyampaian pesan dari komunikator (pembuat pesan) kepada komunikan (penerima pesan) yang real time membuat aplikasi ini populer. Distribusinya yang sangat luas memunculkan gaya interaksi baru di antara penggunanya.

Media pesan instan yang paling terkenal di Indonesia adalah WhatsApp. Tampak dari survey Kominfo, sekitar 171 juta jiwa pengguna internet, 83 persennya memilih WhatsApp untuk bertukar pesan online. Angkanya sangat fantastik. Tidak heran jika chatting dengan aplikasi ini sangat populer.

Dari banyaknya pengguna, berbagai fenomena pun terjadi di antara mereka. Hal-hal yang biasanya tidak ada di pertemuan langsung menjadi lumrah di dunia maya. Tidak jarang juga terjadi pertikaian sebab konteks komunikasi yang semakin luas dan mudahnya informasi.

Kelebihan dan Kekurangan Media Chatting

Setiap teknologi yang hadir di kehidupan manusia pastinya punya sisi kelebihan dan kekurangan. Aplikasi chatting pun demikian. Media berkomunikasi secara virtual ini kian hari semakin memudahkan kebutuhan manusia. Informasi yang awalnya harus membaca lewat koran atau lihat di TV, kini bisa melalui chatting.

Arus informasi beredar cepat dan luas dalam sekali tekan. Grup-grup yang ada di WhatsApp menjadi media andalan untuk menyebarluaskan berita. Para pengguna juga menjadikannya sebagai alat untuk bertransaksi, branding bisnisnya dan mendatangkancuan. Dalam hal pendidikan juga menjadi fleksibel karena antara guru dan siswa atau dosen dan mahasiswa bisa terhubung meskipun di luar kampus.

Kelebihan ini tentu sangat mendukung pada pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Dari semua sektor bisa dirangkul melalui komunikasi chatting. Bahkan bisa juga menjadi media menemukan pasangan idaman. Namun perlu diketahui bahwasanya kemudahan tersebut juga punya resiko. Secepat apapun pesan kita bisa sampai ke orang lain, aplikasi ini juga rentan menimbulkan miss komunikasi.

Pertemuan dan obrolan secara face to face tetap menjadi komunikasi yang paling utama dan belum bisa tergantikan. Tidak jarang pula dari obrolan instan, tersebar berita-berita hoaks. Kebenaran dan keakuratannya sering dipertanyakan. Bahkan konten tidak senonoh dengan mudah tersebar. Oleh karena itu, tetap berhati-hati dengan kecanggihan teknologi ini.

Dinamika dalam komunikasi Chatting

Sebagaimana sempat disinggung tadi, terjadi fenomena beragam dalam per-chatting-an. Dinamika ini menjadi bumbu-bumbu interaksi yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman. Aku yakin kamu juga pernah mengalaminya. Tapi mungkin kamu bingung untuk mengatasinya dengan bijak.

Nah, berikut ini hal-hal yang sering terjadi di dunia maya melalui obrolan instan. Khususnya melalui aplikasi WhatsApp.

1. Privasi dan Etika

Pernah ga sih kamu merasa terganggu dengan datangnya pesan dari nomer yang tidak dikenal? Tiba-tiba menghubungimu tanpa tujuan jelas. Kalaupun jelas, tujuannya membuat dongkol. Setelah ditanya dapat nomermu dari mana, si pengirim pesan tidak mau mengaku. Sebel ga sih?

Nah, inilah dinamika yang sering terjadi di antara kita. Data kita menjadi lebih mudah didapatkan oleh orang asing. Meminta dan memberi nomer WhatsApp orang lain tanpa izin menjadi kelumrahan baru. Padahal contact person adalah hal yang privasi bukan?

Terlebih lagi jika ada teman atau kerabat kita yang asal memberikan nomer pada seseorang tanpa mencari tahu tujuannya. Kalau tentu akan sangat jengkel dan marah. Karena aku selalu meminta izin setiap kali ada yang meminta nomer temanku.

Berbeda lagi konteksnya jika temanku itu adalah seorang pengusaha. Nomernya juga digunakan untuk berbisnis. Jadi secara otomatis dia pasti sudah siap nomernya disebar-sebarkan. Etika semacam ini masih banyak yang kurang mengindahkan. Tentu mengerikan jika terjadi sesuatu yang tidak baik hanya karena memberikan nomer tanpa izin.

2. Gaya Bahasa

Kebiasaan yang kedua adalah mengenai gaya bahasa dalam chatting. Ada yang menarik dan sangat menggelitik. Aku sering terheran-heran saat ada yang mengirimiku pesan dengan satu huruf saja. Dan yang paling sering adalah huruf “P”.  Maksudnya apaaaaa pemirsah?

Semakin gemes jika yang pengirimnya adalah orang yang tidak kukenal. Tanpa ada pengantar dan sebuah perkenalan. Tiba-tiba muncul dengan huruf P. mbok pikir ini Blackberry? Woy ngapain lu nge-ping- nge-ping kaga jelas?

Menurutku ini adalah ajakan berkomunikasi yang tidak sopan. Apalagi ditujukan pada orang untuk konteks yang formal. Bayangkan saja ada mahasiswa yang melakukannya kepada dosen. Hmmmmm minta nilai D nih anak. Kalau ada nilai sampai P, paling ya dikasinya P, bukan D. wkwkwk

3. Notifikasi

Lalu perihal notifikasi juga menjadi sesuatu yang rumit dalam per-chatting-an. Buat kamu para pengguna WhatsApp pasti tahu ada fitur-fitur yang menunjukkan aktifitas seseorang. Semisal centang biru, waktu terakhir online, siapa saja yang lihat story WA kita, dan lain sebagainya.

Setiap kali kuperhatikan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan fitur tersebut, sungguh aku selalu geleng-geleng kepala. Ternyata fungsi dari perangkat chatting yang awalnya bertujuan memudahkan, malah bisa menimbulkan kerumitan.

Salah satu yang paling membuat rumit adalah saat kita kirim pesan ke seseorang. Beberapa detik kemudian terlihat centang biru. Namun berjam-jam belum juga ada balasan. Ditambah lagi si penerima pesan ketahuan memposting story baru. Ugggggh, dongkol ga? Hahahahaha.

Sesungguhnya kita tetap harus berbaik sangka, guys. Siapa tahu dia sedang sibuk banget waktu itu untuk membalasnya. Dan akan menyita waktunya jika merespon sebuah pesan di luar pekerjaan. Atau bisa jadi dia memang tidak mau menanggapi pesan kita karena hal itu membuatnya tidak nyaman.

Saranku, sebaiknya non-aktifkan saja fitur centang biru kamu. Sebagaimana yang telah kulakukan sejak awal tahun 2020. Aku merasa lebih tenang dan bebas dari mata-mata orang lain 😆 Tidak penting bagiku centang biru itu untuk mengetahui dibaca atau tidaknya pesan. Jika orang yang kukirimi pesan menganggap penting dan menghargaiku, maka dia pasti meresponnya.

Bijaklah dalam berinteraksi dan memanfaatkan teknologi ini. Apapun interaksi kita, tetap dilandaskan dengan etika dan kewarasan. No baper baper club :D Nah, itulah berbagai hal yang berkaitan dengan komunikasi chatting. Semoga mencerahkan pikiranmu yang sedang suntuk!

 


Miela Baisuni
Jatuh cinta pada buku sejak sekolah menengah, menulis adalah kecintaan mulai usia yang kalau ditanya jujur terus jawabannya. Sekarang milih voice over dan travelling sebagai pelengkap hobi sebelumnya. Nice to see you!

Related Posts

9 comments

  1. koq sama aku juga mau bahas tentang online juga. lebih tepatnya sih teman online.
    jadi tambah bacaanku dong
    thanks kak
    lebih keren tulisannnya daripada punyaku hehe

    ReplyDelete
  2. paling ga suka juga dengan orang yang suka ngirimm 'P' saat awal chattingan, tak bisakah langsung mengucap salam apa ya.
    Sepertinya masih banyak yang memang belum paham etika dalam berkomunikasi via chat kali ya

    ReplyDelete
  3. Sejujurnya nomorku juga dipakai buat jualan jadi kadang mau gak mau terima chat orang asing. Cuma kadang tuh yang mau beli suka gak liat jam. Chat malem banget lah bahkan pernah cuma P aja. Tapi ya udahlah ya masa aku ngomel-ngomel, nanti rezekinya kabur wkk

    Sama pernah dichat nawarin promo tapi malem banget jam tidur. Aku tegur langsung lah karena itu emang dari pegawai toko gitu. Aku bilang kalau mau nawarin sesuatu di jam kerja. Jangan malem-malem pas orang lagi mau istirahat. :D

    ReplyDelete
  4. Kayaknya resiko gabung di banyak grup, jadi sering dapet penawaran produk sama jasa, deh. Nomer kita jadi banyak orang tahu. Biar kapok, orang yang nawar²in itu saya bales pake link artikel blog aja :)

    ReplyDelete
  5. PR ku banget nih soal notifikasi. WA ku notifnya diatas 600, campur aduk dari grup, jualan online, dan chat pribadi dengan keluarga. Sedang keluar dari banyak grup, dan membagi arus ke 2 nomer wa berbbeda tapinsama aja. Suka pusing sendiri klo liat notif wa

    ReplyDelete
  6. Aku suka off-in notif biar gak pusing dengar pesan masuk. Untungnya notif dari Instagram gak terlalu bersuara, atau suka telat muncul notifnya hehee

    Aku paling sebel kalau ngechat gak langsung ke hal yang dituju hihi.

    ReplyDelete
  7. Sampai sekarang aku nggak ngerti maksud p saat mengawali chat. Aslik. p itu dulu setahuku emoticon melet kan ya.. terus apa maksud dia mengawali chat melet2. Sungguh ku tak paham. Dan akhirnya ketemu juga ada orang yang begini. Nggak kugubris lah.

    Terus aku juga ga suka chat basa-basi. Misal, nomor baru belum dikenal cuma chat Assalammualaikum. Terus nggak ada chat lanjutan. Maksudnya apa?

    Kalau memang ada perlu, kenalkan diri dengan baik.. sampaikan maksudnya apa. Nggak salam doang, terus ngilang. Ya maaf kalau kuanggap nggak penting wkwk.

    ReplyDelete
  8. Satu lagi mba Miela, sejak ada grup chatting urusan kerjaan jadi ga kenal waktu. Kadang ngirim pengumuman pas malam atau subuh-subuh. Entah karena saking semangatnya atau lupa kalau kita juga punya kehidupan pribadi selain kerjaan

    ReplyDelete
  9. Iya sih, wa ini menjadi media yg memiliki pengaruh yg besar.

    Btw semenjak aku ketemu sama grup kepenulisan, disana aku bisa bedain mana cht yg sopan dan nggak, mksudnya sopan tuh, tau tatakrama dsb gtu. Biasanya anak literasi suka baik2

    ReplyDelete

Post a Comment