Sumber gambar: novelrw.com |
Pagi ini, aku terbangun dengan nafas terengah kemudian beranjak segera dari tempat tidur dan menulis surat ini.
Teruntuk
seluruh perempuan disabilitas; KARTINI masa kini
Mari
bersama-sama mengucapkan selamat pagi dan menyapa diri sendiri terlebih dahulu.
Barangkali dengan begitu, kita akan menemukan sesuatu yang telah terabaikan
selama ini tentang diri kita. Apakah kamu pernah melakukannya? Jika ini
menurutmu adalah sesuatu yang konyol, itu perasaanmu saja. Percayalah dan
cobalah sesekali.
Hai,
saudariku!
Siapa
pun yang membaca suratku ini, semoga kamu adalah perempuan disabilitas yang
nantinya akan menginspirasi orang lain dan membuktikan bahwa kamu tidak layak
dinomersekiankan.Semoga kamu selalu bahagia dengan versimu, tanpa merasa rendah
diri dengan ketidaksempurnaan yang kamu miliki. Karena sejatinya tidak ada
manusia yang sempurna di dunia ini.
Dan ingatlah, kita adalah KARTINI, meski Kartini di masa lalu itu sosok perempuan yang begitu hebat dan seakan tidak bisa kita menyamakan diri dengannya.
Hai,
perempuan-perempuan luar biasa!
Aku
tidak benar-benar tahu bagaimana kamu merasakan sulitnya menjalani hidup dengan
kondisi fisik yang tidak normal. Aku juga tidak mampu merasakan bagaimana
pergolakan batinmu bereaksi setiap kali orang lain memperlakukanmu dengan
semena-mena. Bahkan aku tidak mungkin bisa mengetahui setiap inci dari
keputusasaan yang kau alami ketika ada keinginan untuk menjadi sama seperti
manusia normal pada umumnya. Namun, satu hal yang aku tahu dan sangat kuyakini;
kita memiliki kesempatan yang sama, meskipun dengan jalan dan cara yang
berbeda.
Boleh
saja kamu tidak pernah mendengar segala jenis suara seperti bunyi bel, kokok
ayam, kicauan burung, gemericik air serta suara lainnya. Boleh saja bila kamu tidak
tahu apa itu warna merah, bagaimana wujud kursi, mobil, tiang, awan,
rerumputan, terlebih kamu tidak mengetahui wajah dirimu sendiri. Tapi menjadi tidak bijaksana ketika kamu membiarkan
suara dan mata batinmu berlalu begitu saja. Aku meyakini bahwa kamu
memilikinya, dan itulah kekuatan terbesarmu. pun aku percaya bahwa kamu mengantongi
kepekaan yang lebih besar dari pada kami yang bisa mendengar dan melihat secara
kasatmata.
Kamu
boleh saja tidak bisa berjalan tanpa bantuan tongkat, sah sah saja jika jika
bibirmu sumbing hingga itu menjadikanmu tidak percaya diri bahkan sekadar
bercermin di kamarmu sendiri. Kamu mungkin juga salah satu perempuan yang
seringkali merutuk diri karena tidak bisa menyuarakan suaramu, terlebih ketika
kamu hanya bisa menyebutkan namamu melalui tulisan setiap kali orang lain
bertanya. Bahasa isyarat saja belum cukup mampu membantumu berkomunikasi dengan
mereka .
Itu
memanglah terdengar menyedihkan. Namun akan menjadi lebih menyedihkan lagi jika
kamu hanya berharap kebahagian seperti manusia normal pada umumnya. Karena
sesungguhnya kamu punya cara sendiri untuk bahagia. Sebuah kebahagiaan versi
dirimu yang tidak akan pernah dimiliki manusia macam kami yang bisa mendengar,
melihat, berjalan, berbicara, dan sepintas tampak lebih sempurna darimu.
Aku
berharap semoga kebahagiaan itu telah kamu temukan bahkan sebelum surat ini
sampai padamu. Jika ternyata kamu belum memilikinya, berhentilah menyalahkan
diri sendiri dan keadaan yang memilukan. Carilah jalanmu itu, temukan
kebahagiaan dengan gayamu sendiri. Karena kita terlahir dengan kenyataan dan
kondisi yang berbeda, sudah sepatutnya lah kita berbahagia dengan jalan kita
masing-masing. Karena semakin kita melihat jalan kebahagiaan orang lain,
semakin sulit kita menemukan jalan kebagiaan yang semestinya.
Bagaimanapun
kondisimu, kamu layak bahagia dan aku bersyukur bilamana menjadi bagian
kebahagiaanmu.
Kediri, April 2018
Salam
hangat,
Perempuan biasa yang tidak biasa
biasa saja
Post a Comment
Post a Comment