Sumber gambar: arsip pribadi |
#TANTANGAN MENULIS 10 HARI BERSAMA KAMPUS FIKSI
Apresiasi merupakan
satu hal yang begitu penting dalam membangkitkan dan mempertahankan semangat
seseorang dalam memperjuangkan sesuatu yang ingin diraih, sekecil apapun itu. Bukan
seberapa banyak, namun seberapa tulus dan seberapa tepatnya apresiasi tersebut
diberikan.
Kalian mungkin
pernah melihat ataupun sekedar mendengar peristiwa tragis yang terjadi pada
seseorang ketika tidak ada seorang pun yang memberikan apresiasi terhadap keberhasilannya.
Banyak sekali kemungkinan buruk yang akan dilakukannya karena krisis apresiasi.
Bunuh diri tidak luput dari list kejadian tragis yang bisa jadi terjadi (serem juga yak :o).
Aku punya teman
nih, guys. Dia pernah cerita terkait
kekecewaannya pada keberhasilannya sendiri. Ada sebuah pencapaian yang bagi
dirinya sangat berharga (anggap saja
menang lomba paduan suara) namun bagi orang lain sebatas kemenangan yang
kurang bergengsi. Bahkan orang tuanya sendiri—orang yang seharusnya paling
dekat dengan dirinya—acuh pada hal tersebut.
Sebab momentum
yang menurutnya mengerikan itu, dia berhenti melakukan hobinya dan tidak ingin
lagi menjadi pemenang dalam perombaan apapun. Padahal dia sangat berbakat dan
memiliki banyak kesempatan untuk lebih baik lagi. Sayang banget bukan?
Nah, seperti halnya
temanku itu, aku pun pernah mengalami kesengsaraan ketika hasil karyaku atau
sesuatu yang aku lakukan dianggap remeh oleh orang lain. Terlebih orang-orang
terdekatku. Akan tetapi aku cukup bersyukur karena meskipun keremeh temehan yang
dilontarkan orang lain tidak serta merta membuatku berhenti melakukan aktifitas
yang kusuka. Mendeklamasikan puisi semisal. Oh bukan semisal, tapi memang yang
sering kulakukan dan sedikit sekali yang mendengarkannya dengan serius. Mereka yang
kuperdengarkan rekaman pembacaan puisiku malah asyik dengan ocehan tak berguna
atau lebih memilih menutup telinganya
dengan headset. Atau kalau bukan dengan cara itu, mereka tiba-tiba menirukan
gaya berpuisiku dengan sangat tidak sopan. Grrrrrr. Kok aku jadi pengen nyiram
mereka pakai got segalon ya -_-
Puisi mengandung
makna tersirat dan estetika tak ternilai. Membacanya cukup membutuhkan keahlian
khusus dan kesiapan mental. Aku sadar, tidak banyak orang yang suka
mendengarkan puisi. Orang-orang lebih senang menikmati lagu pop, reggae, atau
mungkin dangdut. Karena pada kenyataannya memang orang-orang tertentulah yang mau
memahami puisi dengan baik. Dan pastinya mereka istimewa.
Did
you got what I mean?
Kepada
orang-orang yang tidak seiman dengan saya dalam hal perpuisian, terimakasih
atas apresiasi yang remeh temeh.
Post a Comment
Post a Comment